A. Latar Belakang
Rentak
kudo atau malang inaih adalah salah satu kesenian tradisional masyarakat
Kerinci, Tarian ini dikenal sebagai "Rentak Kudo" karena gerakannya
yang menghentak-hentak seperti kuda dan kombinasi dari gerakan silat
"langkah tigo" ("Langkah Tiga"). Para penari terdiri dari
pria dan wanita yang menari dengan gerakan yang khas, antara penari pria dan
wanita dipisahkan ketika tarian sedang berlangsung. Penyayi yang mengiringi
tari rentak kudo ini di sebut ‘pengasuh’, pengasuh dalam mengiringi tari rentak
kudo menggunakan pantun-pantun khas kerinci sebagai iringan, sedangkan alat
musik yang mengiri tari rentak kudo yaitu gendang dan gong. Biasanya tarian ini
juga dipentaskan dengan pembakaran kemenyan sebagai ritual yang membuat penari
semakin khidmat dalam geraknya, bahkan kadang-kadang ada di antara penari yang
mengalami kesurupan.
Tarian ini ditarikan di dalam perayaan yang
dianggap sakral oleh masyarakat Kerinci. Tujuan dari pementasan tari ini
umumnya adalah untuk melestarikan pertanian dan kemakmuran masyarakat dan untuk
menunjukkan rasa syukur masyarakat Kerinci kepada nenek monyang dan kepada
Tuhan yang Maha Kuasa. Selain itu rentak kudo pada masyarakat Kerinci juga di
gunakan dalam upacara-upacara dan ritual adat pada masyarakat Kerinci
Namun walaupun telah ada banyak tulisan yang menuliskan tentang asal-usul Tari Rentak Kudo di kerinci, belum ditemukan sumber yang benar-benar menjelaskan asal-usul seni budaya ini di Kerinci. Hal ini diperkirakan Tari Rentak Kudo telah ada sejak lama sekali di daerah Kerinci. Menurut seniman-seniman senior, kesenian ini telah dipelajari dan dilaksanakan jauh sebelum mereka lahir namun asal-usulnya menjadi kabur seiring perjalanan waktu. Tari rentak kudo pada saat sekarang ini dipopulerkan oleh mayoritas masyarakat Hamparan Rawang. Dari masyarakat Hamparan Rawang inilah grup-grup rentak kudo banyak berasal yang mana tari rentak kudo lebih dikenal sebagai malang inaih.
Seiring perkembangan zaman tari rentak kudo
juga mendapat pengaruh modernisasi, ini dibuktikan dengan alat musik yang
digunakan dalam menyelenggarakan tari rentak kudo, dahulunya tari rentak kudo
menggunakan gendang dan gong sebagai alat untuk mengiringi tarian, akan tetapi
sekarang ini masyarakat menggunakan piano (orgen) untuk mengiringi tari rentak
kudo tersebut. Tujuan tari rentak kudo juga mengalami perubahan fungsi seiring
perkembangan zaman yang mana tujuan dari pementasan tari ini sebenarnya adalah
untuk melestarikan pertanian dan kemakmuran masyarakat dan untuk menunjukkan
rasa syukur masyarakat Kerinci kepada nenek moyang dan kepada Tuhan Yang Maha
Kuasa, serta di gunakan dalam upacara-upacara dan ritual adat pada masyarakat Kerinci.
Akan tetapi sekarang ini Tari Rentak Kudo digunakan masyarakat pada acara malam
amal (lelang minum minuman beralkohol) dan tidak jarang menimbulkan konflik
antara penari yang mayoritas pemuda yang telah terpengaruh oleh alkohol, pada
zaman dahulu antara penari laki-laki dan perempuan dipisah supaya tidak terjadi
kemungkinan yang tidak dinginkan. Akan tetapi sekarang ini penari pria dan
wanita bercampur baur, walaupun masih ada masyarakat yang memisahkan pria dan
wanita itu hanya sebagian kecil masyarakat Kerinci saja.
Sekarang ini Rentak kudo bukan lagi sebagai tradisi masyarakat Kerinci yang sakral akan tetapi telah mengalami dekadensi kebudayaan, Perubahan derajat tari rentak kudo yang dahulu di anggap sakral tapi kini telah dianggap biasa oleh masyarakat. bagi masyarakat Kerinci tari rentak kudo sekarang ini lebih indentik dengan hiburan malam. Dan telah hilangnya aturan-aturan pelaksanaan tari tersebut. Seperti tidak adanya pembatas antara penari laki-laki dan perempuan, dan penggunaan minum-minuman berakohol sebagai penyemangat penari.
a)
Tata Tari
Tari Rantak Kudo
dimainkan dengan diiringi alat musik gendang dan di iringi oleh nyayian yang berisi pantun-pantun, hal ini berbeda dengan Tari Rantak dari Minangkabau yang hanya diiringi instrumen
musik. Para penari terdiri dari pria dan wanita yang menari dengan gerakan yang
khas, yaitu kombinasi dari gerakan silat "langkah tigo"
("Langkah Tiga") dan tari. Biasanya tarian ini juga dipentaskan
dengan pembakaran kemenyan tradisional upacara ritual yang
membuat penari semakin khidmat dalam geraknya, bahkan kadang-kadang ada di
antara penari yang mengalami kesurupan.
Di Indonesia saat ini, tarian ini biasanya dipentaskan dalam acara-acara adat dan acara resepsi
pernikahan adat Kerinci. Salah satu lirik lagu di dalam pantun
yang bersahut-sahutan adalah : "Tigeo dili, empoak tanoh rawoa.
Tigeo mudik, empoak tanoh rawoa" (Bahasa Indonesia: "Tiga di
Hilir, Empat dengan Tanah Rawang. Tiga di Mudik, Empat dengan Tanah
Rawang"). Lirik tersebut menceritakan sebuah kisah pada zaman nenek
moyang suku Kerinci dahulu kala, di kala pemerintahan para Depati (Adipati), Tanah Hamparan Rawang merupakan pusat
pemerintahan, pusat kota dankebudayaan di kala itu, yaitu dalam
lingkup Depati 8 helai kain yang berpusat di Hiang (Depati
Atur Bumi) dimana Tanah
Hamparan Rawang merupakan tempat duduk bersama (pertemuan penting dalam adat
Kerinci).
B. Penjelasan Konsep
Perubahan adalah merupakan kegiatan atau proses
yang membuat suatu atau seseorang berada pada keadaan berbeda dengan keadaan sebelumnya
serta merupakan proses yang menyebabkan perubahan pola perilaku individu atau
institusi. (Brooten dalam Nurhidiyah, 2003: 1http://www.edu2000.org).
Menurut
Kingsley Davis dalam Soejono Soekanto (1990: 343). perubahan social merupakan
bagian dari kebudayaan, perubahan dalam kebudayaan mencangkup semua bagian
yaitu kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafah, bahkan perubahan dalam
bentuk serta aturan-aturan organisasi sosial.
Fungsi dalam kehidupan sehari-hari dapat diartikan sebagai kegunaan atau manfaat, fungsi dapat diartikan sebagai konsekuensi yang harus dijalankan.
Perubahan fungsi adalah merupakan suatu
perubahan dalam masyarakat mengenai bagaimana individu bersikap sebagaimana
tugas dan tanggung jawab yang diberikan masyarakat dan mempengaruhi system sosial,
nilai, norma dan pola perilaku individu dalam kelompok. Menurut Soejono
Soekanto (1990: 362-365), faktor-faktor yang mendorong proses perubahan adalah:
a) Kontak dengan kebudayaan
lain, salah satu proses yang menyangkut hal ini adalah difusi, difusi merupakan
proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari individu ke individu lain, dari
suatu masyarakat kepada masyarakat lain. Proses tersebut merupakan pendorong
pertumbuhan suatun kebudayaan dan memperkaya kebudayaan masyarakat.
b) Sistim pendidikan formal yang
maju, pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi masyarakat manusia
terutama dalam menumbuhkan pikiran dan hal-hal baru.
c) Sistem lapisan masyarakat.
d) Penduduk yang berbeda.
Seni
tradisional adalah unsur kesenian yang menjadi bagian hidup masyarakat dalam
suatu kaum/puak/suku/bangsa tertentu. Tradisional adalah aksi dan tingkah laku
yang keluar alamiah karena kebutuhan dari nenek moyang yang terdahulu. Tradisi
adalah bagian dari tradisional namun bisa musnah karena ketidamauan masyarakat
untuk mengikuti tradisi tersebut
Rentak
kudo, berasal dari dua kata yaitu rentak dan kudo. rentak adalah hentakan,
sedangkan kudo adalah kuda. Dari dua kata rentak dan kudo dapat diartikan
bahawa rentak kudo adalah tari yang megerakannya yang menghentak-hentak seperti
kuda. Bukan berarti tari ini merupakan tari yang menggunakan gerakan-gerakan
seperti kuda melainkan tari rentak kudo ini di artikan sebagai gerakan-gerakan
penari yang menghentakkan kaki mereka dengan keras dan seperti kuda. Selain itu
rentak kudo pada pada sekarang ini juga mempunyai konsep lain yaitu malang
inaih yang berarti malang yang berarti malam sedang kan inaih diartikan dengan
ini, jadi malang inaih artinya malam ini.
C. Kesimpulan
C. Kesimpulan
Dapat dilihat bahwa seiring perkembangan zaman perubahan
pasti terjadi pada suatu kebudayaan. Perubahan yang terjadi pada Tari Rentak
Kudo yng dipengaruhi oleh perkembangan zaman tidak hanya terjadi pada satu sisi
saja. Perubahan itu terjadi pada sisi tujuan, pengiring tarian, tata cara
tarian dsb.
Memang tidak mungkin suatu kebudayaan dari zaman dahulu
akan tetap sama hingga seterusnya. Perubahan itu wajar terjadi. Yang terpenting
adalah bagaimana cara menjaga kebudayaan Tari Rentak Kudo agar tetap lestari
walaupun ada perubahan-perubahan di tari
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Numpang tanya mbak ,,,
BalasHapusini nama penulisnya siapa ya???
soalnya saya mau masukin ni jurnal ke penelitian relevan skripsi saya :)